Israel yang dalam bahasa Ibrani
מדינת ישראל Medinat Yisra‘el, dan dalam bahasa Arab
دولة إسرائيل Dawlat Isrā’īl
merupakan sebuah negara di Timur Tengah yang dikelilingi Laut Tengah,
Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai. Israel juga
dikelilingi dua daerah Otoritas Nasional Palestina, Jalur Gaza dan Tepi
Barat.
Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi di dunia
dengan penduduk sekitar 7,28 juta jiwa.Selain Yahudi, terdapat juga
beberapa kelompok etnis minoritas seperti etnis Arab yang
berkewarganegaraan Israel. Di Israel juga terdapat beberapa agama lain
seperti Muslim, Kristen, Druze, Samaria, dan lain-lain.
Awal Sejarah Israel
Menurut
kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh
Tuhan sebagai tanah air Yahudi. Sekitar abad ke-11 SM, beberapa kerajaan
dan negara Israel didirikan disekitar
Tanah Israel.
Antara periode Kerajaan-kerajaan
Israel dan penaklukan
Muslim abad ke-7,
Tanah Israel jatuh di bawah pemerintahan
Asiria,
Babilonia,
Persia,
Yunani,
Romawi,
Sassania, dan
Bizantium.
Keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut berkurang drastis setelah kegagalan
Perang Bar Kokhba melawan
Kekaisaran Romawi pada tahun 132, menyebabkan pengusiran besar-besaran Yahudi.
Pada tahun 628/9,
Kaisar Bizantium Heraklius memerintahkan pembantaian dan pengusiran orang-orang
Yahudi, mengakibatkan populasi
Yahudi menurun lebih jauh lagi.
Tanah Israel direbut dari
Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 636 oleh penakluk
muslim. Selama lebih dari enam abad, kontrol wilayah tersebut berada di bawah kontrol
Umayyah,
Abbasiyah, dan
Tentara Salib sebelum jatuh di bawah Kesulatanan Mameluk pada tahun 1260.
Pada tahun 1516,
Tanah Israel menjadi bagian dari
Kesultanan Utsmaniyah, yang memerintah wilayah tersebut sampai pada abad ke-20.
Zionisme dan Mandat Britania
Pengusiran besar-besaran
Yahudi atau yang biasa disebut
Diaspora Yahudi, menyebabkan tersebarnya
Yahudi ke berbagai negara. Pada permulaan abad ke-12, penindasan
Yahudi oleh
Katolik mendorong perpindahan orang-orang
Yahudi Eropa kembali ke
Tanah Suci. Dan perpindahan itu meningkatkan jumlah populasi
Yahudi setelah pengusiran orang
Yahudi dari
Spanyol pada tahun 1492.
Selama
abad ke-16, komunitas-komunitas besar Yahudi kebanyakan berpusat pada
Empat Kota Suci Yahudi, yaitu Yerusalem, Hebron, Tiberias, dan Safed.
Pada pertengahan kedua abad ke-18, keseluruhan komunitas Hasidut yang berasal dari Eropa Timur telah berpindah ke Tanah Suci.
Imigrasi dalam skala besar, atau dikenal sebagai
Aliyah Pertama (עלייה), di mulai pada tahun 1881, yaitu pada saat orang-orang Yahudi melarikan diri dari pogrom di
Eropa Timur.
Pada tahun 1896,
Theodor Herzl menerbitkan buku
Der Judenstaat (
Negara Yahudi), dan memaparkan visinya tentang negara masa depan
Yahudi, Tahun berikutnya ia kemudian mengetuai
Kongres Zionis Dunia pertama.
Aliyah Kedua (1904–1914) dimulai setelah terjadinya pogrom
Kishinev. Sekitar 40.000 orang Yahudi kemudian berpindah ke
Palestina.
Selama
Perang Dunia I,
Menteri Luar Negeri Britania Arthur Balfour mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai
Deklarasi Balfour, yaitu deklarasi yang mendukung pendirian negara
Yahudi di tanah
Palestina.
Atas permintaan
Edwin Samuel Montagu dan
Lord Curzon, disisipkan pula pernyataan “
it
being clearly understood that nothing shall be done which may
prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish
communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by
Jews in any other country“.
Legiun Yahudi, batalion yang terdiri dari sukarelawan-sukarelawan Zionis, kemudian membantu
Britania menaklukkan
Palestina.
Oposisi Arab terhadap rencana ini berujung pada Kerusuhan Palestina
1920 dan pembentukan organisasi Yahudi yang dikenal sebagai Haganah
(Bahasa Ibrani : Pertahanan).
Pada tahun 1922, Liga Bangsa-Bangsa
mempercayakan mandat atas Palestina kepada Britania Raya. Populasi
wilayah ini pada saat itu secara dominan merupakan Arab muslim,
sedangkan pada wilayah perkotaan seperti Yerusalem, secara dominan
merupakan Yahudi.
Aliyah Ketiga (1919–1923) dan
Aliyah Keempat (1924–1929), secara keseluruhan membawa 100.000 orang Yahudi ke
Palestina. Setelah terjadinya
kerusuhan Jaffa,
Britania membatasi imigrasi Yahudi, dan wilayah yang ditujukan sebagai negara Yahudi dialokasikan di
Transyordania.
Gerakan
Nazi pada tahun 1930 menyebabkan
Aliyah kelima (1929-1939) dengan masukknya seperempat juta orang
Yahudi ke
Palestina. Gelombang masuknya
Yahudi secara besar-besaran ini menimbulkan Pemberontakan
Arab di
Palestina 1936-1939, memaksa
Britania membatasi imigrasi dengan mengeluarkan
Buku Putih 1939.
Sebagai reaksi atas penolakan negara-negara di dunia yang menolak menerima pengungsi
Yahudi yang melarikan diri dari
Holocaust, dibentuklah gerakan bawah tanah yang dikenal sebagai
Aliyah Bet yang bertujuan untuk membawa orang-orang Yahudi ke Palestina.
Pada akhir
Perang Dunia II, jumlah populasi orang
Yahudi telah mencapai 33% populasi
Palestina, meningkat drastis dari sebelumnya yang hanya 11% pada tahun 1922.
Kemerdekaan Israel
Setelah
1945, Britania Raya menjadi terlibat dalam konflik kekerasan dengan
Yahudi. Pada tahun 1947, pemerintah Britania menarik diri dari
Mandat Palestina, menyatakan bahwa Britania tidak dapat mencapai solusi yang diterima baik oleh orang Arab maupun Yahudi.
Badan
PBB
yang baru saja dibentuk kemudian menyetujui Rencana Pembagian PBB
(Resolusi Majelis Umum PBB 18) pada 29 November 1947. Rencana pembagian
ini membagi Palestina menjadi dua negara, satu negara Arab, dan satu
negara Yahudi.
Yerusalem ditujukan sebagai kota Internasional –
corpus separatum – yang diadministrasi oleh PBB untuk menghindari konflik status kota tersebut.
Komunitas Yahudi menerima rencana tersebut, tetapi
Liga Arab dan
Komite Tinggi Arab
menolaknya atas alasan kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah
tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini.
Pada 1 Desember 1947,
Komite Tinggi Arab mendeklarasikan pemogokan selama 3 hari, dan kelompok-kelompok Arab mulai menyerang target-target
Yahudi.
Perang saudara dimulai ketika kaum
Yahudi yang mula-mulanya bersifat defensif perlahan-lahan menjadi ofensif. Ekonomi warga
Arab-Palestina runtuh dan sekitar 250.000 warga
Arab-Palestina diusir ataupun melarikan diri.
Pada 14 Mei 1948, sehari sebelum akhir
Mandat Britania,
Agensi Yahudi memproklamasikan
kemerdekaan dan menamakan negara yang didirikan tersebut sebagai “
Israel“. Sehari kemudian, gabungan lima negara Arab – Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak –menyerang Israel, menimbulkan
Perang Arab-Israel 1948.
Maroko, Sudan, Yemen dan Arab Saudi juga membantu mengirimkan pasukan.
Setelah satu tahun pertempuran, genjatan senjata dideklarasikan dan batas wilayah sementara yang dikenal sebagai
Garis Hijau ditentukan.
Yordania kemudian menganeksasi wilayah yang dikenal sebagai
Tepi Barat dan
Yerusalem Timur, sedangkan Mesir mengontrol
Jalur Gaza. Israel kemudian diterima sebagai anggota
PBB
pada tanggal 11 Mei 1949. Selama konflik ini, sekitar 711.000 orang
Arab Palestina (80% populasi Arab) mengungsi keluar Palestina.
Pada masa-masa awal kemerdekannya, gerakan
Zionisme buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri
David Ben-Gurion mendominasi politik
Israel. Tahun-tahun ini ditandai dengan imigrasi massal para korban yang selamat dari
Holocaust dan orang-orang
Yahudi yang diusir dari tanah Arab.
Populasi
Israel meningkat dari 800.000 menjadi 2.000.000 dalam jangka waktu
sepuluh tahun antara 1948 sampai dengan 1958. Kebanyakan pengungsi
tersebut ditempatkan di perkemahan-perkemahan yang dikenal sebagai
ma’abarot. Sampai tahun 1952, 200.000 imigran bertempat tingal di kota kemah ini.
Selama tahun 1950-an, Israel terus menerus diserang oleh militan Palestina yang kebanyakan berasal dari
Jalur Gaza yang diduduki oleh Mesir.
Pada tahun 1956,
Israel bergabung ke dalam
sebuah aliansi rahasiaBritania Raya bersama dengan dan
Perancis, yang betujuan untuk merebut kembali
Terusan Suez yang sebelumnya telah dinasionalisasi oleh
Mesir. Walaupun berhasil merebut
Semenanjung Sinai,
Israel dipaksa untuk mundur atas tekanan dari
Amerika Serikat dan
Uni Soviet sebagai ganti atas jaminan hak pelayaran
Israel di
Laut Merah dan
Terusan Suez.
Pada tahun 1967,
Mesir,
Suriah, dan
Yordania menutup perbatasannya dengan Israel dan mengusir
pasukan perdamaian PBB keluar dari wilayah tersebut serta memblokade akses
Israel terhadap
Laut Merah.
Israel kemudian melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara
Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh
Mesir. Hal ini kemudian berujung pada
Perang Enam Hari yang kemudian dimenangkan oleh
Israel. Pada perang ini,
Israel berhasil merebut
Tepi Barat,
Jalur Gaza,
Semenanjung Sinai, dan
Dataran Tinggi Golan.
Garis Hijau menjadi penanda batas antara wilayah administrasi
Israel dengan
Wilayah pendudukan Israel. Batas wilayah
Yerusalem juga diperluas dengan memasukkan wilayah
Yerusalem Timur. Sebuah undang-undang yang mengesahkan pemasukan wilayah ini kemudian ditetapkan. Hal ini kemudian berujung pada Resolusi
Dewan Keamanan PBB 478 yang menyatakan bahwa penetapan ini tidak sah dan melanggar hukum internasional.
Kegagalan negara-negara Arab pada perang tahun 1967 kemudian menyebabkan tumbuhnya gerakan kemerdekaan Palestina oleh
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, beberapa kelompok
militer Palestina melancarkan berbagai gelombang serangan terhadap warga-warga
Israel di seluruh dunia, termasuk pula pembunuhan atlet-atlet
Israel pada
Olimpiade München 1972.
Israel membalas aksi tersebut dengan melancarkan
Operasi Wrath of God (Kemarahan Tuhan). Pada operasi ini, orang-orang yang bertanggung jawab terhadap peristiwa München ini dilacak dan dibunuh.
Pada hari
Yom Kippur 6 Oktober 1973 yang merupakan hari suci
Yahudi, pasukan
Mesir dan
Suriah melancarkan serangan mendadak terhadap
Israel. Perang tersebut berakhir pada tanggal 26 Oktober dengan
Israel berhasil memukul balik pasukan
Mesir dan
Suriah. Walaupun demikian perang ini dianggap sebagai kekalahan
Israel.
Pemilihan
Knesset 1977 menandai terjadinya titik balik dalam sejarah perpolitikan
Israel. Pada pemilihan ini,
Menachem Begin yang berasal dari partai
Likud mengambil alih kontrol pemerintahan dari
Partai Buruh Israel. Pada tahun itu pula, Presiden
Mesir Anwar El Sadat melakukan kunjungan ke
Israel dan mengucapkan pidato di depan
Knesset. Aksi ini dilihat sebagai pengakuan kedaulatan
Israel yang pertama oleh
negara Arab.
Dua tahun kemudian,
Sadat dan
Menachem Begin menandatangani
Persetujuan Camp David dan
Perjanjian Damai Israel-Mesir. Israel menarik mundur pasukannya dari
semenanjung Sinai dan setuju untuk bernegosiasi membahas otonomi warga
Palestina yang berada di luar
Garis Hijau. Namun, rencana tersebut tidak pernah diimplementasi.
Pemerintahan
Begin mendukung warga
Israel untuk bermukim di
Tepi Barat, mengakibatkan konflik dengan warga
Palestina di daerah tersebut.
Pada tanggal 7 Juni 1981,
Israel membom bardir
reaktor nuklir Osirak milik
Irak pada
Operasi Opera. Badan intelijen
Israel,
Mossad, mencurigai reaktor nuklir tersebut akan digunakan
Irak untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pada tahun 1982,
Israel melakukan intervensi pada
Perang Saudara Lebanon untuk menghancurkan basis-basis serangan
Organisasi Pembebasan Palestina di Israel Utara. Intervensi ini kemudian berkembang menjadi
Perang Lebanon Pertama.
Israel menarik pasukannya dari
Lebanon pada tahun 1986.
Intifada Pertama yang merupakan perlawanan rakyat
Palestina terhadap pemerintahan
Israel terjadi pada tahun 1987, menyebabkan terjadinya kekerasan di daerah pendudukan
Israel.
Selama
Perang Teluk 1991,
PLO dan kebanyakan warga
Palestina mendukung
Saddam Hussein dan
Irak dalam melancarkan serangan misil terhadap
Israel.
Pada tahun 1992,
Yitzhak Rabin menjadi Perdana Menteri
Israel setelah memangkan pemilihan umum legislatif
Israel 1992.
Yitzhak Rabin dan partainya mendukung adanya kompromi dengan tetangga-tetangga
Israel.
Tahun 1993,
Shimon Peres dan
Mahmoud Abbas, sebagai wakil
Israel dan
PLO, menandatangani
Persetujuan Oslo. Persetujuan ini memberikan
Otoritas Nasional Palestina hak untuk memerintah di
Tepi Barat dan
Jalur Gaza. Selain itu, juga dinyatakan pula pengakuan hak
Israel untuk berdiri dan menyerukan berakhirnya
terorisme.
Pada tahun 1994,
Perjanjian Damai Israel-Yordania ditandatangani, membuat
Yordania menjadi
negara Arab kedua yang melakukan normalisasi hubungan dengan
Israel.
Dukungan publik Arab terhadap persetujuan ini menurun setelah terjadinya peristiwa pembantaian umat
muslim yang sedang bersembahyang di
Masjid Ibrahimi oleh sekelompok ekstremis gerakan
Kach. Selain itu, pemukiman warga
Israel di daerah pendudukan yang masih berlanjut, serta menurunnya kondisi ekonomi
Palestina juga menurunkan dukungan publik
Arab.
Dukungan publik
Israel terhadap persetujuan ini juga berkurang setelah terjadinya rentetan kasus
bom bunuh diri yang dilakukan oleh
hamas.
Pembunuhan Yitzhak Rabin yang dilakukan oleh esktremis
Yahudi ketika ia sedang meninggalkan sebuah pawai yang mendukung perdamaian dengan
Palestina mengejutkan seluruh negeri.
Pada akhir 1990-an,
Israel yang dipimpin oleh
Benjamin Netanyahu menarik mundur pasukannya dari
Hebron dan menandatangai
Memorandum Sungai Wye. Memorandum tersebut memberikan
Otoritas Nasional Palestina kontrol yang lebih luas.
Peta perubahan wilayah Israel dan Palestina :
sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Israel
- http://id.wikipedia.org/wiki/Palestina